Tugas MK Arsitektur Pohon 2017 : Attims, Massart, Scarrone

Dosen Pengampu :  Atus Syahbuddin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.
Oleh : Marsha Ulfah Putri Cahyani (14/367812/KT/07811)


KORELASI MODEL ARSITEKTUR POHON ATTIM, MASSART, DAN SCARRONE TERHADAP LAJU EROSI

Menurut Halle et al. (1978), model arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon sebagai hasil dari pertumbuhan meristematik yang terkontrol secara morfogenik. Bangunan pohon ini berhubungan dengan pola percabangan, pertumbuhan batang, dan pembentukan pucuk terminal. Di dalam hutan tropis dapat dijumpai sekitar 24 model arsitektur pohon. Menurut Halle & Oldeman (1975), model arsitektur pohon dibedakan berdasarkan 4 karakteristik utama, yaitu :
1.      Pohon tidak bercabang (monoaxial) yaitu bagian vegetative pohon terdiri satu aksis dan dibangun oleh meristem soliter, contohnya model Holtum dan model Corner.
2.      Pohon bercabang dengan axis vegetative ekuivalen dan orthotropic, contohnya model Tomlinson, dan model Chamberlain.
3.      Pohon bercabang dengan axis negative non ekuivalen, contohnya model Prevost, model Rauh, dan model Cook.
4.    Pohon bercabang dengan axis vegetative campuran, ada yang ekuivalen dan non ekuivalen, contohnya model Troll, model Champagnatm dan model Mangenot.

Pada artikel ini akan dibahas mengenai 3 model arsitektur pohon, yaitu model Attim, Massart, dan Scarrone, dan keterkaitannya sebagai pengendali laju erosi.


  • ·         Model Massart

Model ini merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial, aksis vegetative tidak ekuivalen, homogeny (terdiferensiasi dalam bentuk aksis orthotropic). Percabangan seluruhnya akrotonik dalam membentuk batang, bukan konstruksi modular, perbungaan lateral, pola percabangan monopodium, pertumbuhan batang dan cabang ritmik. Percabangan flagiotropik bukan karena aposisi, monopodial atau simpodial karena substitusi. Jenis yang memiliki model arsitektur pohonn ini dari family Loganiaceae dan Staphuliaceae. Contoh model ini pada randu (Ceiba pentandra), keruing (Dipterocarpus), pala (Myristica fragrans), eboni (Diospyros spp.), Araucaria calumnaris dan damar (Agathis loranthifolia).
Gambar 1. Model Arsitektur Pohon Massart




  • ·         Model Attim
Model ini merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial, atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda. Aksis vegetative tidak ekuivalen dengan homogen, semuanya orthotropic. Percabangan monopodial dengan perbungaan lateral dan mempunyai batang pokok yang mengalami pertumbuhan secara kontinyu. Jenis pohon yang memiliki model arsitektur ini dari family Moraceae, Rutaceae, dan Sapindaceae Contoh dari pohon ini adalah pohon cemara udang (Casuarina equisetifolia).

Gambar 2. Model Arsitektur Pohon Attims

  • ·         Model Scarrone
Model ini merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial, atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis vegetative yang tidak ekuivalen dengan bentuk homogen, semuanya orthotropic, percabangan monopodial dengan perbungaan terminal, terletak padabagian peri-peri tajuk, cabang simpodial nampak seperti konstruksi modular, batang dengan pertumbuhan tinggi ritmik. Jenis yang memiliki model arsitektur pohon seperti ini adalah dari famili Lauraceae dan Saurauiceae. Pohon manga (Mangifera indica) memiliki model ini, demikian pula pohon sempur (Dillenia indica).
Gambar 3. Model Arsitektur Pohon Scarrone

Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya penurunan laju erosi tanah tergantung pada jenis dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Kimmins, 1987). Adanya perbedaan pengaruh tipe vegetasi terhadap sistem tata air pada suatu area antara lain disebabkan karena setiap jenis tumbuhan memiliki model arsitektur yang berbeda-beda (Halle et al. 1978). Oleh karena pengaruh tipe vegetasi terhadap laju erosi berbeda-beda, maka konversi tipe vegetasi ke dalam bentuk lain akan mengakibatkan perubahan dalam fungsi dan manfaat vegetasi pada lahan tersebut (Oliver and Larson, 1990). Peranan setiap jenis vegetasi berbeda-beda terhadap erosi. Erosi yang terjadi di bawah tanaman yang bertajuk rimbun atau lebat lebih kecil dibandingkan dengan erosi di bawah tanaman yang bertajuk jarang. Demikian pula erosi akan lebih kecil di bawah vegetasi yang berstruktur tajuk berlapis-lapis dibandingkan dengan erosi di bawah vegetasi yang berstruktur tajuk satu lapis atau monokultur.
Model arsitektur pohon tertentu mempengaruhi transformasi air hujan menjadi laju aliran batang, air tembus tajuk, infiltrasi dan laju aliran permukaan pada suatu area yang terkait dengan peranan vegetasi dalam mengurangi laju erosi permukaan tanah dan resiko bencana banjir. Mekanisme transformasi air hujan pada setiap jenis pohon yang berbeda ditentukan oleh sifat dan ciri morfologi pohon tersebut. Besarnya persentase air hujan yang ditransformasikan ke permukaan tanah melalui aliran batang atau curahan tajuk ditentukan oleh ciri morfologi pohon secara keseluruhan. Perbedaan model arsitektur pohon dengan sendirinya akan memberikan dampak bagi variasi persentasi curah hujan yang ditransformasikan menjadi aliran batang, curahan tajuk, atau intersepsi selama hujan berlangsung (Arrijani et al, 2006).
Model arsitektur pohon Attim, Massart, dan Scarrone memiliki kesamaan yaitu memiliki tipe batang monopodial, sehingga pohon-pohon yang memiliki model arsitektur pohon ini pun memiliki tajuk yang cukup lebar. Faktor-faktor vegetasi yang mempengaruhi intersepsi adalah kapasitas tajuk, porositas tajuk, dan tahanan aerodinamuk. Kapasitas tajuk menggambarkan jumlah air yang tertinggal pada tajuk ketika hujan berlangsung sampai curahan tajuk berhenti, sedangkan porositas tajuk menggambarkan bagian dari air hujan yang jauh ke permukaan tanah tanpa melalui tajuk (Monteith, 1976). Menurut Jeffrey (1964), intersepsi merupakan fungsi dari kerapatan tajuk, penguapan dari daun selama hujan turun dan banyaknya air hujan. Hasil penelitian Skau (1964) menunjukkan bahwa makin rapat keadaan tajuk, intersepsi akan makin besar. Tajuk pohon yang kurang tebal dan jarang serta luas bidang dasar yang kecil menyebabkan potensi terjadinya erosi semakin besar, dibandingkan dengan pohon dengan tajuk yang tebal dan rapat karena jumlah cura hujan yang tertahan oleh lapisan dan diuapkan ke atmosfir lebih banyak.
Model arsitektur pohon Attim mirip dengan model Rauh, tetapi bedanya pada Attim, cabang tumbuh terus menerus (continuous), model Rauh menyerupai model Scarrone yaitu memiliki batang monopodial, batang pokok pertumbuhannya rithmic. Pada pohon-pohon dengan model arsitektur Attim, Scarrone, dan Massart memiliki tajuk yang rapay dan berirama. Spesifikasi dari masing-masing model (Attim, Scarrone, dan Massart) dapat membantu dalam pemecahan air hujan yang turun. Dengan adanya pemcahan butiran air hujan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sehingga air yang jatuh ke tanah menjadi lebih kecil dari butiran hujan yang jatuh langsung tanpa ada hambatan apapun. Aththorik (2000) mengutip hasil penelitian dari Holy (1980) yang mengemukakan bahwa hutan dengan tajuk yang lebat menimbulkan aliran permukaan kurang dari 10% dari total curah hujan dan tidak terjadi erosi. Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi laju aliran batang dan curahan tajuk. Karena aliran batang dan curahan tajuk kemudian akan menimbulkan aliran permukaan, yang selanjutnya aliran permukaan ini mempengaruhi besarnya laju erosi tanah. 

DAFTAR PUSTAKA                                                                                        
Arrijani J.A. Boy. 2006. Model Arsitektur Pohon Pada Hulu DAS Cianjur Zona Sub-Montana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 7, Nomor 2, September 2006 : 71-84.

Aththorik.T.A.2000. Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massart dan Rauh Terhadap Aliran Batang, Curahan Tajuk, Aliran Permukaan dan Erosi di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hallé, F.; R.A.A. Oldeman; P.B. Tom-linson. 1978. Tropical Trees and Forest, An             Architectural Analysis. Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York. 441 p.

Halle, F. and R.A.A. Oldeman, 1975. An Essay on the Architecture a Dynamics of         Growth of Tropical Trees. Penerbit University Malaya, Kuala Lumpur,Malaysia.

Jeffrey, H. W. 1964. Vegetation, Water, and Climate, Needs and Problems in Widland       Hydrology and Watersheds Research. Canada : Depth of Forest.

Kimmins Jp. 1987. Forest Ecology, Macmilan Publishing Company, New York,
Collier Macmilan Publishers, London.

            Monteith, J.L. 1976. Vegetation and Atmosphere. Vol 2. London : Academic Press.

            Oliver CD and BC Larson. 1990. Forest stand Dynamics. McGraw-Hill, Inc, United                     States of America.

Skau, C.M. 1964. Interception, Throughfall and Stemflow in Utah and Alligator
Junifer Cover Types of Northern Arizona. Forest Science. Vol. 283 –287.

Comments